Jaman
sudah semakin maju seiring dengan banyaknya jumlah mahasiswa di Indonesia ini.
Namun begitu, hanya sebagian kecil dari mahasiswa tersebut yang peduli dengan
kerusakan yang ditimbulkan oleh kemajuan jaman. Entah di sengaja maupun tidak,
jumlah yang meningkat tersebut malah menambah beban negara dalam
pertumbuhannya. Hal itu dikarenakan mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi
tidak bisa memenuhi kewajibannya dalam membangun negara, malah semakin
bergantung kepada negara yang lambat laun melemah. Keadaan tersebut sebenarnya
menjadi titik dimana perubahan di dalam diri mahasiswa harus cepat dipupuk, dan
yang telah ada harus cepat dirombak sehingga kerusakan yang ditimbulkan tidak
semakin parah.
Pengabdian diri mahasiswa Indonesia
dihitung dari tahun ke tahun semakin menurun. Dilihat dari keadaan yang
ditampilkan di media-media, jumlah mahasiswa yang kritis menjadi kecil sekali
dibandingkan dengan mahasiswa yang peduli dengan mode. Dengan semakin
canggihnya teknologi dan pesatnya globalisasi, menutupi rasa peduli negara yang
pada dasarnya ada di dalam setiap individu. Dampak tersebut yang akan terus
menurun kepada anak cucu kita dimasa depan. Lalu bagaimana kita sebagai bibit
unggul pemimpin bangsa yang berkewajiban membangun negara? Sedangkan tidak sedikit
yang menomor-akhirkan kepentingan kerkewarganegaraan?
Pada intinya adalah, mahasiswa harus
mempunyai jiwa yang kompeten terhadap perubahan jaman, bukan hanya kompeten
dalam kemajuan teknologi saja, tetapi bagaimana seorang mahasiswa itu dapat
mengabdikan dirinya sebagai warga negara yang baik. Yang dibutuhkan disini
bukanlah tuntutan untuk bertindak brutal dan tanpa aturan, tetapi lebih mengacu
bagaimana seorang mahasiswa menyusun rencana kedepannya untuk mengabdi sebagi
seorang yang berpendidikan dengan cita-cita yang tinggi. Bayangkan saja jika
setiap mahasiswa mempunyai jiwa kompeten yang tinggi, maka mereka akan terus
berjuang mencapai titik terbaik dimana semua permasalahan yang ada di negara
ini dapat terselesaikan. Sehingga jika kita runtut kembali, maka akan ada
pemimpin bangsa yang berdiri pada garis terdepan, yang mempunyai kekuatan dalam
mengerjakan tugasnya. Itulah bayangan yang harus ditanamkan kepada mahasiswa
jaman sekarang. Integritasnya tentu aja akan meningkat, kemudian masalah
seperti perpecahan akan berkurang, bahkan habis di negara ini.
Apakah makna dari seorang mahasiswa?
Banyak yang mengatakan bahwa semangat yang dimiliki seorang mahasiswa akan
luntur seiring dengan kelulusannya dari perguruan tinggi. Mereka dituntut
bagian administrasi yang mendikte mereka sehingga apa yang ada pada diri mereka
tidak bisa tersampaikan secara nyata. Hal tersebut juga disebut-sebut sebagai
batasan dimana ketika mahasiswa itu memiliki keinginan yang menggebu-gebu,
tetapi ketika mereka lulus keinginan itu berubah menjadi abu. Dari sinilah ada
sebuah makna yang terselip di dalam kata mahasiswa, makna yang pada jaman
sekarang sering dilupakan dan dianggap tidak ada. Tanyakan saja kepada
mahasiswa yang ada sekarang, seberapa bergunanya mahasiswa jaman sekarng dalam
menentukan negara dan arah pembangunannya. Bahkan akan menjadi nol karena
peradabannya telah berbeda. Ketika jaman Soekarno dulu, lihatlah betapa pemuda
itu menjadi kekuatan yang sangat kuat mendorong negara dari penjajahan.
Kemudian pada jaman Soeharto dimana mahasiswa menjadi pembebas masyarakat dari
keterpurukan. Lalu lihatlah pada jaman Susilo Bambang Yudhoyono. Apakah ada
mahasiswa yang bangun kemudian berdiri di garis depan untuk membebaskan Papua
dari Freeport? Adakah yang berusaha membela sumberdaya yang diambil Chevron?
Semua itu seakan hanya wacana belaka ketika mahasiswa sendiri hanya bisa sampai
media sekitar untuk kritis membela negara. Sungguh tragis.
Pengabdian mahasiswa mengingat
kuatnya diri mahasiswa tersebut harus melebihi kuatnya DPR dan MPR yang kian
lama kian bobrok. Bangunkan semangat jiwa muda yang tertutupi dengan
globalisasi itu. Bayangkan saja ketika dokter-dokter telah terbentuk dari
perguruan tinggi kemudian hanya ingin meraup uang dari masayarakat saja tanpa
adanya pengabdian diri. Kita sebagai jiwa muda butuh sebuah semangat baru untuk
berubah. Bukan hanya kevakuman yang semakin lama semakin tidak bisa diisi. Yang
terpenting sebenarnya adalah bagaimana seorang mahasiswa itu bisa sadar akan
perannya dalam masyarakat. Semakin mereka bangun dan semangat dalam merubah
lingkungannya maka mereka benar-benar menyandang nama seorang mahasiswa. Sebagai
contoh adalah penyaluran suara masyarakat oleh mahasiswa. itu adalah sebuah
cara yang sangat baik dalam pengabdian diri mahasiswa kepada lingkungannya.
Masyarakat yang pada hakikatnya kesulitan dalam menyalurkan opini mereka
terhadap pembangunan negara, dapat tersalurkan melalui sarana yang baik yaitu
mahasiswa. peran mahasiswa disini adalah fasilitas negara, dimana pemerintah
sangat membutuhkan mahasiswa untuk dapat menyatukan aspirasi warganya sehingga
pemecahan masalah yang akan diambil bukannya membuat masalah baru tetapi
menggabungkan unsur negara menjadi suatu kesatuan yang kuat.
Peradaban Indonesia yang baru berada
dalam masa pembangunan adalah lapangan bagi bibit muda untuk melakukan reformasi.
Dimulai dengan langkah kecil di dalam sesama mahasiswa untuk saling bantu
lambat laun akan menanamkan sifat saling peduli, bukan lagi sifat egois dan
tidak mau kalah. Sebagai calon pemimpin bangsa, mahasiswa juga berkewajiban
untuk menyadarkan sekelilingnya akan pentingnya filterisasi budaya yang masuk
ke Indonesia. Dengan begitu, pembangunan yang dicita-citakan Soekarno pada
tahun 1945 bukan lagi menjadi angan semu tetapi akan menjadi kenyataan. Oleh
karena itu, bangkitkan para mahasiswa yang sadar akan sekelilingnya. Dimulai
dari diri kita masing-masing akan merubah dunia. Peradaban bukan lagi menjadi
sahabat kita ketika banyak kerusakan terjadi. Peradaban boleh maju asal kita
juga harus mempertahankan jiwa kenegaraan kita sebagai mahasiswa yang cinta
tanah air.
Mahasiswa bisa dikatakan ujung
tombak bangsa. Mereka dapat diasah sedemikian rupa sehingga menjadi senjata
mematikan, dan dapat juga menjadi tumpul sehingga dapat dimatikan. Pengabdian
diri kepada bangsa ini adalah upaya penajaman ujung tombak negara. Dengan
demikian, orang lain tidak bisa menjajah kembali bangsa kita. Bayangkan jika
memang Indonesia dapat mencapai kejayaannya pada 2013 seperti yang diramalkan
oleh berbagai orang, tentu saja hal tersebut menjadi kebanggaan tersendiri
sebagai kita mahasiswa jika kita turut memperjuangkan kejayaan tersebut.
Kembali dapat disimpulkan jika pengabdian yang mahasiswa lakukan terhadap
masyarakat disekitarnya bukan menjadi kepentingan orang lain, tetapi juga
menjadi kepuasan tersendiri untuk diri. Perubahan yang kita lakukan sedikit
demi sedikit meskipun tidak dapat terlihat hasilnya secara langsung, menjadi
masukan tertentu yang akan tertanam sebagai pondasi mencapai aktualisasi diri.
Dampak yang dihasilkan oleh globalisasi menjadi minim karena dapat tersaring
oleh sendirinya dengan pondasi tersebut. Lalu apa lagi alasan untuk tetap
menunda sebuah kebangkitan mahasiswa?
Mahasiswa dan peradaban, tidak akan
pernah bisa dilepaskan. Peradaban tidak akan berubah tanpa adanya mahasiswa
yang berjuang untuk pembangunan, dan mahasiswa tidak pernah ada tanpa adanya
peradaban. Keduanya memiliki ikatan kuat. Oleh karena itu, kita sebagai
mahasiswa sebagai bagian dari peradaban harus semangat dalam mengabdikan diri
kepada masyarakat. Kita adalah anggota masyarakat itu sendiri. Tentu saja kita
adalah peran utama dalam pembangunan masyarakat. Aktualisasikan peran mahasiswa
dalam makna yang sesungguhnya, tetap bangkitkan semangat kenegaraan sebagai unsur
terkuat bangsa untuk terus maju. Hidup mahasiswa Indonesia!
0 comment:
Posting Komentar
Kindly write your comment